Tuesday, April 19, 2011

GAYA-GAYA GEOLOGI


Gaya-gaya yang bekerja yang mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun (konstruktif) maupun yang bersifat merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) .
1.  Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika.
A. Orogenesa (Orogenesis). Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
B. Vulkanisma (Volcanism). Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunungapi.


C. Tektonika (Tectonic). Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dan lain-lain.



2.  Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.
  1. Gaya Angin (Wind Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
  2. Gaya Air (Water Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.
  3. Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
  4. Erosi (Erosion). Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan.
  5. Abrasi (Abration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.
  6. Exarasi (Exaration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
  7. Denudasi (Denudation). Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan).

Monday, April 11, 2011

Survey Tinjau 1


Penyelidikan Lapangan

Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan Pengumpulan data sekunder dilakukan pada saat sebelum berangkat ke lapangan dan yang perlu dikumpulkan guna melengkapi laporan akhir ini adalah sebagai berikut :
a.         Data potensi/produksi sumber daya mineral dan batubara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (Neraca Sumber Daya Mineral)
b.         Peta geologi yang mencakup wilayah Kabupaten
c.         Peta Topografi  yang semuanya berskala 1 : 250.000. 
d.         Data potensi/produksi sumber daya mineral non logam Kabupaten Dalam Angka

Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer yang dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dalam kegiatan uji petik,  meliputi :
a.       Membuat lintasan pengamatan mineral non logam setelah mempelajari peta geologi setempat hubungannya dengan bahan galian yang akan dijumpai sesuai jaringan jalan yang ada (berdasarkan peta topografi)
b.       pengamatan  singkapan endapan, meliputi: arah jurus perlapisan, struktur geologi, hubungan dengan formasi pembawa bahan galian, karakteristik endapan (warna, tekstur, sifat fisik), posisi geografis setiap titik lokasi pengamatan (menggunakan GPS) dan mencatatnya pada buku lapangan beserta sketsa/foto singkapan
c.    pengambilan conto mineral non logam di daerah uji petik dan lokasi lainnya untuk analisis fisika/kimia di laboratorium 
d.    evaluasi dan analisis sementara di lapangan
e.    preparasi contoh yang akan dianalisis

Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan terhadap contoh bahan galian non logam yang mewakili setiap formasi pembawa bahan galian. Dari kegiatan uji petik di lapangan dilakukan pengambilan conto batuan di dua kabupaten sebanyak 65 (enam puluh lima) conto batuan, dengan perincian 30 (tiga puluh) conto di di daerah Kabupaten A, dan 35 (tiga puluh lima) conto di daerah Kabupaten B. Setelah dilakukan seleksi sesuai keperluan dilakukan  analisis terhadap beberapa conto, seperti tabel di bawah ini:

TABEL 3. JENIS DAN BANYAK CONTO YANG DIANALISIS
WILAYAH
ANALISIS KIMIA
PETRO-
GRAFI
ANALISIS BUTIR
XRD
KERAMIK
POLES
BLEACHING POWER
METHYLINE
BLUE
Kab. A
13
2
2
-
3
-
2
2
Kab. B
9
5
3
-
-
2
-
-


3.3. Pengolahan  Data
Evaluasi dan analisis data termasuk semua kegiatan pengidentifikasian, pengelompokkan dan pengujian data, baik data lapangan maupun data laboratorium serta perbandingan hasil analisis data dengan tujuan memperoleh informasi atau kesimpulan atas pelaksanaan  inventarisasi dan evaluasi mineral non logam di kedua kabupaten tersebut di atas.
Adapun urutan pengolahan data menjadi suatu laporan akhir adalah sebagai berikut :
a.         Memindahkan data tekstual lapangan  menjadi data digital, khususnya mengenai lokasi bahan galian, baik dari data sekunder maupun data yang didapat pada saat penyelidikan
b.         Mengolah data peta topografi (Bakosurtanal)   dari bentuk  gambar peta (image) ke dalam bentuk digital dengan program tertentu. Dan mengeditnya untuk mendapatkan peta topografi (digital) setiap kabupaten, yang akan digunakan sebagai bahan inventarisasi dan evaluasi keterdapatan dan sebaran bahan galian dengan menggabungkan data ketinggian (kontur) dengan sebaran geologi serta keterdapatan bahan galian, sehingga didapatkan bentuk geometri dari bahan galian (dalam skala 1 : 250.000), khususnya bahan galian yang identik sengan sebaran geologi,  seperti batuan intrusi: andesit, dan granit. Untuk memudahkan penghitungan sumber daya bahan galian tersebut.
c.         Membuat peta lokasi sumber daya mineral non logam dengan Skala 1 : 250.000 dari data digital yang telah diolah pada point b.
d.         Membuat peta lokasi bahan galian  daerah uji petik
e.         Membuat Data Lokasi  Sumber Daya Mineral Non Logam sesuai format yang telah ditentukan.
f.          Membuat laporan akhir sesuai format yang ditentukan


   ALAT YANG DIGUNAKAN
  • Kompas Geologi 
  • Palu Geologi 
  • Loupe Geologi 
  • GPS(Global Positioning System) 
  • Meteran 
  • Kantong Conto Batuan 
  • Foto Tustel 
  • Ransel, tas lapangan, buku lapangan dan alat tulis lainnya 






Air Tanah

Air tanah
Apa dan Bagaimana Mencarinya?

Rachmat Fajar Lubis

Pertanyaan diatas seringkali muncul ketika sumber air yang kita gunakan selama ini seperti air sungai, danau atau air hujan tidak bisa kita dapatkan. Satu hal yang pasti ini adalah salahsatu jenis air juga.

Hanya dikarenakan jenis air ini tidak terlihat secara langsung, banyak kesalahfahaman dalam masalah ini. Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar. Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan


Gambar 1. Model aliran air tanah melewati rekahan dan butir batuan


Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akifer. Bagaimana interaksi kita dalam penggunaan airtanah? Yang alami adalah dengan mengambil airtanah yang muncul di permukaan sebagai mataair atau secara buatan. Untuk pengambilan airtanah secara buatan, mungkin analogi yang baik adalah apabila kita memegang suatu gelas yang berisi air dan es. Apabila kita masukkan sedotan, maka akan terlihat bahwa air yang berada di dalam sedotan akan sama dengan tinggi air di gelas. Ketika kita menghisap air dalam gelas tersebut terus menerus pada akhirnya kita akan menghisap udara, apabila kita masih ingin menghisap air yang tersimpan diantara es maka kita harus menghisapnya lebih keras atau mengubah posisi sedotan. Nah konsep ini hampirlah sama dengan teknis pengambilan airtanah dalam lapisan akifer (dalam hal ini diwakili oleh es batu) dengan menggunakan pompa (diwakili oleh sedotan)

Hal yang menarik, jika kita tutup permukaan sedotan maka akan terlihat bahwa muka air di dalam sedotan akan berbeda dengan muka air didalam gelas. Perbedaan ini akan mengakibatkan pergerakan air. Sama dengan analog ini, airtanahpun akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.

Mengapa pergerakan atau aliran airtanah ini menjadi penting? Karena disinilah kunci dari penentuan suatu daerah kaya dengan airtanah atau tidak. Perlu dicatat: tidak seluruh daerah memiliki potensi air tanah alami yang baik.

Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.

Gambar 2. Model siklus hidrologi


Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan air tanah (discharge zone. Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran air tanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).

Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang di atasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah tertekan (confined aquifer) dan air tanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan air tanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.

Airtanah bebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal (dangkal atau dalam itu sangat relatif ).

Air tanah tertekan/airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis (artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif; kejadian dimana potensial air tanah ini berada diatas permukaan tanah sehingga air tanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kesetimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka air tanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka air tanah akan berada di bawah permukaan tanah..

Jadi, kalau tukang sumur bilang bahwa dia akan membuat sumur artesis, itu artinya dia akan mencari air tanah tertekan/air tanah terhalang ini.. belum tentu airnya akan muncrat dari tanah;

Gambar 3. Air Artesis


Lalu air tanah mana yang akan dicari?
Itulah yang pertama kali harus kita tentukan. Tiap jenis air tanah memerlukan metode pencarian yang spesifik. Tapi secara umum bisa kita bagi menjadi:

Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika): Penekanannya pada aspek fisik yaitu merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Beberapa metode yang sudah umum kita dengar dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik yang meliputi pengukuran tahanan jenis, induce polarisation (IP) dan lain-lain. Pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan sesimik, gaya berat dan banyak lagi.

Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia): Penekanannya pada aspek kimia yaitu mencoba merunut pola pergerakan air tanah. Secara teori ketika air melewati suatu media, maka air ini akan melarutkan komponen yang dilewatinya. Sebagai contoh air yang telah lama mengalir di bawah permukaan tanah akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan yang dilewatinya secara melimpah.

Metode manakah yang terbaik?

Kombinasi dari kedua metode ini akan saling melengkapi dan akan memudahkan kita untuk mengetahui lebih lengkap mengenai informasi keberadaan air tanah di daerah kita.

Saturday, April 9, 2011

Ilmu Tentang Fosil (Paleontologi)

Definisi Paleontologi
Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau yang berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu atau pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa paleontology adalah juga paleobiologi ( paleon = tua, bios = hidup, logos = ilmu ) jadi paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil.

Di dalam paleontologi ini, kita akan mempelajari tentang hewan dan tumbuhan yang hidup di masa lampau yang kini bisa kita lihat melalui fosil-fosil dan peninggalan lainnya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontology menggunakan fosil sebagai sumber utama peneliti, yang artinya ini akan sangat sulit untuk di pelajari. Data yang kita peroleh saat ini merupakan data-data hasil penelitian selama berpuluh-puluh tahun.


Ruang lingkup paleontology
Paleontology menggunakan fosil sebagai sumber utama peneliti, otomatis di dalam paleontology ini kita akan berkecimpung dengan banyak fosil-fosil hewan maupun tumbuhan. tanaman adalah salah satu organisme yang berlimpah dan beragam di Bumi, dengan lebih dari 250.000 spesies yang dikenal. Tanaman memiliki dinding sel yang kaku di setiap sel dan menghasilkan makanan mereka sendiri dengan menangkap energi cahaya pada pigmen seperti klorofil. Tanaman mengubah energi ini menjadi gula, pati, dan makanan lain yang dibutuhkan tanaman untuk bertahan hidup. Beberapa fosil yang tampak dari tanaman kembali ke Ordovisium (Pertama dikenal terjadinya fosil), tapi tidak diragukan lagi kejadian pertama berasal dari fosil tanaman Akhir Silur.
Tidak hanya hewan dan tumbuhan, sekarang ini telah berkembang sebagai bagian dari paleontology yang meneliti tentang protista. "protista" mengacu pada eukariota yang bukan tanaman, hewan, atau jamur. Kebanyakan protista uniseluler, sementara yang lain multiseluler atau bahkan multinukleat (inti banyak dalam satu sel). Ini menunjukkan berbagai kelompok berbagai ukuran, bentuk, siklus hidup, habitat, dan makan dan strategi reproduksi. Para protista memiliki panjang, meskipun dalam beberapa kasus setengah-setengah, catatan fosil yang membentang kembali ke Prakambrium.
Juga ada bakteri, Organisme uniseluler Bakteri yang memiliki dinding sel, organel, dan DNA, seperti halnya eukariota. Namun, tidak seperti eukariota, DNA organel mereka dan tidak terkandung dalam selaput terpisah di dalam sel. Cyanobacteria, atau "bakteri biru-hijau," telah ditemukan di batuan dari Archean, 3,5 miliar tahun lalu. Cyanobacteria (bersama dengan bakteri lainnya) juga membentuk tikar dan gundukan dikenal sebagai stromatolites, yang ada di bumi dari Prakambrium sampai hari ini. Fosil terkecil yang pernah ditemukan milik magnetobacteria, yang membentuk nanometer ukuran kristal-dari mineral magnetit di dalam sel mereka.
Jenis-jenis jamur yang kita makan atau mencoba untuk memberantas kami dari rumah hanya mewakili kecil sejumlah spesies sekitar. jamur Kebanyakan tidak membuat makanan mereka sendiri, sebagai tanaman lakukan. Beberapa parasit dan beberapa bentuk lain simbiosis hubungan dengan ganggang atau tanaman. Mereka ditemukan di tanah, pada organisme lain, dalam lingkungan perairan, dan mereka adalah dekomposer pokok organik material di Bumi. Beberapa dapat tumbuh sangat besar (misalnya, jamur dan puffballs), yang lain bersel tunggal (ragi), tetapi kebanyakan multiselular. Meskipun jamur sering dianggap terlalu rapuh untuk fosil atau terlalu sulit untuk diidentifikasi sebagai fosil, catatan fosil mereka akan kembali ke Prakambrium, dan mereka sering ditemukan di Devon Bawah Rhynie Rijang Skotlandia.
Pada dasarnya ruang lingkup paleontology berkisar tentang segala sesuatu yang telah hidup di masa lalu atau bisa dikatakan organisme purba (baik hewan, tumbuhan, protista, jamur maupun bakteri) yang hingga kini sudah punah dan hanya tertinggal fosil-fosil, jejak peradaban, lingkungannya dan peninggalan-peninggalan lainnya. Sehinggga kita hanya meneliti dari jejak-jejak yang tertinggal.

Ilmu yang berkaitan dengan paleontology
    Paleontology berkaitan erat tentang fosil dan perkembangan makhluk hidup hingga sekarang. Sehingga paleontoligi berhubungan erat dengan ilmu evolusi. Tapi sampai sekarang, ilmu tentang evolusi ban yak sekali terdapat pro dan kontra, banyak yang setuju dengan ilmu ini, tetapi lebih banyak yang menolaknya. Tapi dalam hal ini, paleontology sangat berkaitan dengan evolusi, bahkan sangat menunjang, unutk membuktikan kebenarannya.
Untuk ilmu yang lainnya, ada  beberapa ilmu yang erat kaitannya dengan paleontology antara lain:

1.    Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama.
Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan dalam biostratigrafi. Mikrofosil seperti acritarchs, chitinozoa, conodonts, kista dinoflagelata, serbuk sari, sapura dan foraminifera juga sering digunakan. Fosil berbeda dapat berfungsi dengan baik pada sedimen yang berumur berbeda; misalnya trilobit, terutama berguna untuk sedimen yang berumur Kambrium. Untuk dapat berfungsi dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara geografis, sehingga dapat berada pada bebagai tempat berbeda. Mereka juga harus berumur pendek sebagai spesies, sehingga periode waktu dimana mereka dapat tergabung dalam sedimen relatif sempit, Semakin lama waktu hidup spesies, semakin tidak akurat korelasinya, sehingga fosil yang berevolusi dengan cepat, seperti amonit, lebih dipilih daripada bentuk yang berevolusi jauh lebih lambat, seperti nautoloid.

2.    Kronostratigrafi
Kronostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang mempelajari umur strata batuan dalam hubungannya dengan waktu.
Tujuan utama dari kronostratigrafi adalah untuk menyusun urutan pengendapan dan waktu pengendapan dari seluruh batuan didalam suatu wilayah geologi, dan pada akhirnya, seluruh rekaman geologi Bumi.
Tata nama stratigrafi standar adalah sebuah sistem kronostratigrafi yang berdasarkan interval waktu paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali (biostratigrafi). Tujuan kronostratigrafi adalah untuk memberikan suatu penentuan umur yang berarti untuk interval kumpulan fosil ini.

3.    Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas, sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas.

4.    Paleobotani
Paleobotani atau palaeobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang berarti ilmu tentang tumbuhan), adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari tentang tumbuhan pada masa lampau.

5.    Paleozoologi
Paleozoologi atau palaeozoology (bahasa Yunani: παλαιον, paleon = tua dan ζωον, zoon = hewan) adalah adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi lingkungan dan ekologi prasejarah.

6.    Palinologi
Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen.
Istilah palinologi diperkenalkan oleh Hyde dan Williams pada tahun 1944, berdasarkan surat-menyurat dengan ahli geologi Swedia yang bernama Antevs, dalam Pollen Analysis Circular (salah satu jurnal yang mengkhususkan pada analisa pollen, yang diproduksi oleh Paul Sears di Amerika Utara). Hyde dan Williams memilih palinologi berdasarkan kata dalam Bahasa Yunani paluno yang berarti 'memercikan' dan pale yang berarti 'debu' (sehingga mirip dengan kata dalam Bahasa Latin pollen).


Paleontology dalam kehidupan
Di dalam kehidupan sehari-hari, paleontologi sangat bermanfaat. Manfaat di dalam kehidupan kita, antara lain :
1.    Karir. Tentang karier dan jalur karir di paleontologi dan bidang terkait, termasuk program-program profesional, halaman menggambarkan karier dalam paleontologi, atau daftar pekerjaan paleontologi.
2.    Ilmu pengetahuan. Paleo bisa dijadikan sumber pembelajaran bagi siswa ataupun mahasiswa, tidak hanya di sekolah atau saat kuliah saja, tapi paleo merupakan ilmu yang bisa dipelajari di luar kelas misalnya di museum purba.
3.    Sumber daya. Tambahan sumber daya, termasuk peta, panduan lapangan, koleksi gambar, publikasi, dan kurikulum.

Tokoh dan ahli Paleontologi
Ini adalah ilmu yang dinamis yang berupaya untuk mengungkap sejarah seluruh kehidupan di Bumi. Paleontologis mengkaji beberapa baris bukti yang memberikan petunjuk bahwa sejarah, termasuk fosil dan bagaimana mereka terbentuk dan terpelihara, stratigrafi, biogeografi, histologi, dan kimia. Jadi menjadi ahli paleontologi berarti banyak hal. Di sini Anda akan bertemu dengan berbagai ahli paleontologi dan belajar tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka menikmati pekerjaan mereka.

Karen Carr, adalah seniman satwa liar dan sejarah alam yang mengkhususkan lukisan digital yang karyanya telah muncul dalam publikasi, kebun binatang, museum dan taman di seluruh Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.
Brian Platt, adalah Ph.D. candidate calon di Departemen Geologi di University of  Kansas.
Warren Allmon, adalah Direktur Lembaga Penelitian paleontologi (PRI) dan perusahaan Museum of the Earth di Ithaca, New York.
Linda Ivany,  adalah Professor di Syracuse University yang mengkhususkan diri dalam paleoecology evolusi dan paleoclimatology.
Keith Miller,  adalah Asisten Profesor Riset di Departemen Geologi di Kansas State University.
Leif Tapanila,  adalah Profesor di Departemen Geosains di Idaho State University dan juga menjabat sebagai Kurator Geologi di Museum Sejarah Alam Idaho.
Shanan Peters, adalah Asisten Profesor di Departemen Geologi dan Geofisika di University of Wisconsin-Madison.
Rowan Lockwood, dalah Professor di Departemen Geologi di College of William & Mary di Williamsburg, VA, dan Program Coordinator (2007 sekarang) dari komunitas paleontologi.
Peter Crane,  adalah paleobotanist dan Profesor di Departemen Ilmu Geofisika di University of Chicago.
David Krause, adalah Professor spesialis di Departemen Ilmu Anatomi, Departemen Geosains, dan Program Doktor dalam Ilmu Antar antropologi di Universitas Stony Brook, New York, dan Research Associate dari Field Museum Sejarah Alam, Chicago.
Catherine Badgley, adalah ilmuwan peneliti dan asisten profesor di Universitas Michigan dan Presiden Society of Vertebrate Paleontology.


Sejarah teori Paleontologi
Tokoh dan teori pencetus Paleontologi.
1.Shrock &Twen hofel (1952):
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi.Studi Paleontologi dibatasi oleh skala waktu geologi yaitu umur termuda adalah Kala Holosen (0,01 jt. th. yang lalu).

2. Strabo (58 SM-25 M),
Melihat kenampakan seperti beras pada batu gamping yang digunakan untuk membangun piramid. Fosil tersebut kemudian dikenal sebagai Numm ulites.

3. Abbe Giraud de Saulave (1777)
Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan fauna).Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi  terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya

4. Chevalier de Lamarck (1774 - 1829),
Pencetus Hipotesa Evolusi .Organisme melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

5.Baron Cuvier (1769  1832)
Penyusun sistematika Paleontologi (Taksonomi)

6.William Smith (1769 - 1834),
Law of Strata Identified by Fossils (Hukum Mengenali Lapisan Dengan Fosil Kemenerusan suatu lapisan batuan dapat dikenali dari kandungan fosilnya.

7.Charles Robert Darwin (1809 - 1882)
Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh adanya faktor seleksi alam

8.Pada abad ke 18 dan 19, seorang ahli geologi berkebangsaan Inggris William Smith dan ahli paleontologi Georges Cuvier dan Alexandre Brongniart dari Perancis.
 Menemukan batuan-batuan yang berumur sama serta mengandung fosil yang sama pula, walaupun batuan-batuan tersebut letaknya terpisah cukup jauh



Paleo di masa datang
Paleontology di masa datang akan semakin berkembang seiring berkembangnya ilmu teknologi, dan perkembangan IT itu sendiri akan semakin membantu penelitian tentang ilmu paleontologi


daftar pustaka

Jones, S. Martin; & R. Pilbeam (ed.) (2004). The Cambridge Encyclopedia of Human Evolution (8th ed.).Cambridge University Press

Brasier, M.D. (1980), Microfossils. Chapman and Hall publishers

Traverse, A. (1988), Paleopalynology. Unwin Hyman

Moore, P.D., et al. (1991), Pollen Analysis (Second Edition). Blackwell Scientific Publications

Friday, April 8, 2011

Batuan Metamorf

       
    Batuan metamorfosis/malihan
Batuan malihan adalah batuan hasil ubahan dari bayuan asam (batuan beku, sedimen atau malihan) akibat tekanan, suhu atau keduanya.
Terdapat 3 jenis metamorfisme yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
·       Metamorfisme sentuh atau kontak atau termal : terbatas pada daerah dekat intrusi magma. Akibat panas dari magma yang mengintrusi menyebabkan terjadinya rekristalisasi dan pembentukan mineral baru dalam batuan yang berdekatan. Daerah yang batuanny terubah disekeliling intrusi disebut lingkaran metamorfik sentuh (contact metamorphic aureoul).
·       Metamorfisme dinamik atau dislokasi disebabkan oleh tekanan yang kuat cenderung menghancurkan batuan, kadang-kadang sampai menjadi tepung (kataklastik), pengaruh pelipatan kulit bumi, biasanya tiadak terlalu jauh dari permukaan.
·       Metamorfisme regional atau dinamothermal : metamorfisme yang diakibatkan oleh panas dan tekanan pada skala besar dan menghasilkan bemacam mineral baru. Metamorfisme ini selalu berhubungan dengan pembentukan pegunungan (orgenesis) dan intrusi magma.

     Struktur batuan metamorfosis
Struktur yang sering dijumpai pada batuan metamorfosis antara lain seperti berikut:
·      Kataklastik, memperlihatkan kenampakan pragmental atau pecah0pecah pada batuan. Biasanya disebabkan oleh metamorfisme dinamo, pada daerah sesar (patahan).
·      Milonit, nampak adanya gejala kristal-kristal dalam batuan retak-retak dan seluruh batuan menjadi fragmen halus, kadang-kadang berkembang foliasi.
·      Filonit, seperti milonit, namun tingkat kehancuran lebih tinggi hingga batuan tersebut memperlihatkan struktur seperti filit.
·      Menyabak (slaty), struktur khas pada batu sabak (slate) memperlihatkan foliasi tetapi belum terlihat adanya perlapisan segregrasi yaitu perlapisan akibat pemisahan dari macm-macam mineral.
·      Foliasi, perlapisan yang terdapat pada batuan metamorf, disebabkan kesejajaran mineral.
·      Filitik, struktur yang khas pada batuan filit, foliasinya lebih sempurna dari sabak ; perlapisan segregrasi sudah mulai tampak tetapi belum sempurna.
·      Skistostas, struktur foliasi ulang menerus (open schistority) terbentuk antara lain karena perulangan antara minerral-mineral piph dengan mineral berbutir, sudah ada perlapisan segregrasi yang sempurna.
·      Genessositas, struktur foliasi yang tidak menerus biasanya terbentuk karena perselingan antara lapisan terang antara lain felspar dengan lapisan yang lebih gelap  antara lain mika sampai hornblende
·      Granulose, struktur memperlihatkan susunan mineral yang terbentuk mineral yang biasanya mempunyai dimensi sama, batas butiran bisa bergerigi atau tidak

     Tekstur
Tekstur batuan metamorf di tentukan dari kristal dan hubungan antar butiran mineral.
a.    Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk :
·         “Lepidoblastik”, mineral mineral pipih dan sejajar
·         “Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar
·         “Granoblastik”, berbentuk butir
b.    Heteroblastik, terdiri dari kombinasi homeoblastik :
·         Porfiroblastik
·         Granolepidoblastik
·         Granonematoblastik


      Beberapa contoh batuan metamorfosis
·      Batu sabak: batuan berbutir halus, memeperlihatkan belahan sabak (slaty cleavage), terdiri dari mineral mika berasal dari batuan lempung, serpih yang mengalami metamorfosis regional.
·      Filit: batuan asli metamorfosis yang memperlihatkan tekstur filitik terdiri antara lain mika dan klorit yang memberikan permukaan mengkilap
·      Sekis: batuan metamorfosis yang memperlihatkan stuktur sekistosa, pada umumnya mineral pipih dan mineral berbutir yang membentuk foliasi tersebut.
·      Gneis: berbutir lebih kasar daripada sekis, foliasi tak teratur, hasil metamorfisme derajat lebih tinggi dari pada sekis komposisi mineral terdiri dari mika yang berlapis dengan kelompok kwarsa dan feldspar .
·      Amfibolit: berbutir kasar terutama terdiri dari hornblende (amfibol) dan plagioklas, merupakan batuan hasil metamorfosis kontak .
·      hornfels: batuan metamorfosis yang tak berfoliasi, bertekstur granoblastik, merupakan batuan hasil metamorfosis kontak.
·      Marmer: batuan metamorfosis yang terdiri dari batuan kalsit/dolomit yang saling mengunci (interlocking), bertekstur granoblastik .
·      Kuarsit: batuan metamorfosis yang terdiri dari kuarsa berasal dari batupasir kuarsa, bertekstur interlocking.

Batuan Sedimen

    BATAUAN SEDIMEN
Batuan Sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada dari sebelumnya, dari cangkang binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi menjadi batuan yang padat.
A.     Struktur
Ciri khas batuan sedimen adalah struktur-struktur perlapisan antara lain perlapisan siang siur, struktur jejak (organik), ripple mark. Struktur bisa dikenali dilapangan dan juga pada pengamatan contoh dilaboratorium.

B.     Tekstur
Berdasarkan cara pengendapannya maka batuan sedimen dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
-          Batuan sedimen klastik
-          Batuan sedimen non klastik
Unsur-unsur dari batuan sedimen klastik adalah :
-          Butiran
-          Matriks
-          Semen
Butiran dan matriks adalah material hasil rombakan batuan yang terbentuk lebih dahulu (allochtone), sedangkan semen terbentuk waktu diagnesis disebut autochtone.

C.     Pemeraian (Deskripsi)
Dalam pemeriksaan batuan klastik perlu diuraikan mengenai :
-       Warna
-       Kekompakan
-       Porositas
-       Kebundaran
-       Butiran (garain)
-       Matriks (matrix)
-       Semen
-       Pemilahan (sorting)
-       Kemas (fabric)

a.  Warna. Warna dapat membantu memberikan indikasi lingkungan pengendapan misal warna merah, hijau menunjukan lingkungan oksidasi warna abu-abu tua atau hitam menunjukan lingkungna redukasi.
b.  Kekompakan. Kekompakan untuk menyatakan sifat fisik batuan taitu sangat padat, keras dan padat misal kuarsit, agak keras bila batuan masih bisa digores dengan jarum pengunci bila batuan mudah digores dan dipecah, lapuh (friable) yaitu batuan keras tapi dapat diremas dengan tangan, berongga (spongy).
c.  Porositas. Porositas diuji dengan cara meneteskan air kepermukaan batuan. Kualitas porositas dinyatakan sebagai sempurna, sangat baik, baik, sedang, buruk.
d.  Kebundaran. Kebundaran butiran mencerminkan jarak relatif pengangkutan bahan rombakan hingga tempat terakhir diendapkan. Pembagian tingkat kebundaran butiran seperti terlihat pada gambar



e.  Butiran (grain). Istilah ini analog dengan penocris dalam batuan beku porfiritik. Butiran dalam batuan sedimen klastik bisa berupa pecahan batuan, mineral atau kristal, cangkang fosil atau benda organik lainnya. Ukuran butiran umumnya ditentukan berdasarkan skala wenthworth seperti berikut :
Ukuran (diameter) partikel (mm)
Nama partikel
> 256
256 - 64
64 - 4
4 - 2
2 - 1
1 - 0.5
0.5 - 0.25
0.25 - 0.125
0.125 - 0.62
0.62 - 0.005
< 0.005
Bongkah (bouldr)
Kerakal (cobble)
Kerikil (pebble)
Butiran (granule)
Pasif (sangat kasar)
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
Lanau (silt)
Lempung (clay)

f.   Matriks. Matriks kurang lebih analog dengan masa dasar dari batuan beku forfiritik. Matiks pada umumnya terdiri dari material yang lebih halus dari pada butiran (grain). Batuan klastik yang mempunyai matriks hanya batuan yang partikelnya terpilah buruk dengan ukuran partikel yang banyak berpariasi. Batua klastik yang partikelnya terpilah baik tanpa memandang ukuran partikel hanya terdiri dari butiran (grain).
g.  Semen. Semen sangat umum dalam lanau, pasir dan kerikil yang terpisah baik. Semen bisa dibentuk oleh karbonat (kalsit, dolomit, karbonat lainnya), silikat (opal, kalsedon), oksida besi (hematit, limonit), sulfat (gipsum), lempung.
h.  Pemilahan (sorting). Pemilahan berkaitan dengan pengangkutan selektif partikel yang memberikan efek keseragaman butir didalam batuan sedimen klastik. Istilah dan pemilahan yang digunakan dalam pemberian tekstur batuan sedimen klastik (lihat gambar yang di bawah), yaitu :
·      Terpilah sangat baik
·      Terpilah baik
·      Terpilah sedang
·      Terpilah buruk
·      Terpilah sangat buruk

Gambar 4. Pemilahan 

i.   Kemas (fabric). Didalam batuan sedimen klastik dikenal juga dua jenis kemas berikut :
·      Kemas terbuka: butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matriks)
·      Kemas tertutup: butiran saling bersinggungan.


     Batuan Sedimen non klastik
Berdasarkan cara terbentuknya batuan sedimen non klastik dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1.  Batuan sedimen organik, berasal dari akumulasi zat organik (cangkang kerang, tulang,tumbuh-tumbuhan). Batuan sedimen organik dibagi berdasarkan komposisi kimianya, yaitu :
Ø  Gampingan (calcareous) : kalsit, dolomit.
Ø  Silika (siliceous) : rijang (chert) radiolaria
Ø  Karbon (carbonaceous) : batu bara (gambut, antrasit, ligmit)
Ø  Fosfat : batauan fosfat

2.  Batuan sedimen kimia : terbentuk semata-mata oleh proses kimia (penguapan). Batuan sedimen kimia dapat dibagi berdasarkan komposisi kimia presipitat, yaitu :
Ø Gampingan; kalsit, dolomit
Ø Silikat kalsedon, kuarsa
Ø Oksidasi besi ( ferrugineous), batu besi
Ø Air asin (saline) halit, gipsum, anhidrin.
Pemerian untuk batuan sedimen nonklastik berbeda dengan pemerian batuan sedimen klastik. Pada batuan sedimen organik misalnya diperhatiakn komponen pembentukannya dan porositas batuan. Sedangkan pada batuan sedimen kimia cukup ditentukan komposisi, ukuran butir serta teksturnya (kristalin amorf dan lain-lain). Beberapa contoh batuan sedimen yang penting.
Arkose: batu pasir berwarna terang. Terdiri dari kuarsa, felspar (ortoklas dan plagioklas) dan pragmen batuan beku bekomposisi sama (granitik). Pemisahan baik
Graywake: batu pasir berwarna gelap. Terdiri dari kuarsa felspat (terutama plagioklas), pragmen batuan beku basa (basaltik), mineral mafik matriks lempung mencapai 30 %, pemilahan buruk, kebundaran menyudut tanggung sampai menyudut.
Batupasir gamping: batu pasir yang mengandung 10 % atau lebih karbonat sebagai semen maupun pragmen.
Batugamping coquina: batu gamping klastik yang hampir semuanya terdiri dari cangkang moluska berukuran sedang, kasar.
Napal: batuan sedimen klastik berukuran lempung, terdiri dari material karbonat dan non karbonat (karbonat 35% dan non karbonat 65%).


                        Batuan  Piroklastik
Batuan piroklastik adalah produk letusan gunung api. Berdasarkan besar butirnya, material piroklastik dibedakan menjadi : bom (32 mm atau lebih), lapili (4 - 32 mm), abu atau debu (4 mm atau kurang)
Penamaan batu piroklastik berdasarkan pada butirannya, aglomerat dan breksi vulkanik (ukuran butir lebih besar dari 32 mm), tufa lapili (ukuran butir 4 - 32 mm), tuf (ukuran butir sangat halus abu atau debu).
·         Aglomerat: adalah batuan piroklastik bertekstur mirip dengan angglomerat (batuan sedimen). Perbedaanya adalah padat komposisi, pada aglomerat terdiri dari pragmen batuan vulkanik (lava dan piroklastik diantaranya gelas).
·         Breksi vulkanik: dibentuk oleh material gunung api seperti halnya aglomerat.
·         Tuf: batuan piroklastik halus. Batuan terdiri dari material pragmen kristal atau mineral. Tuf dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan komponen utamanya :
·      Tuf kaca (vitric tuff) banyak mengandung pragmen kaca.
·      Tu kristal banyak pragmen kristal.
·      Tuf batuan (lithic tuff) banyak pragmen batuan
1.      Struktur dan tekstur
Batuan piroklastik yang berbutir kasar maupun halus terdapat struktur yang sering terdapat pada batuan sedimen, seperti perlapisan.
Batuan iroklastik yang berbutir halus (tuff) sering kali memperlihatkan tekstur seperti batuan beku lelehan (apanitik atua porpiritik). Tekstur yang umum dijumpai pada tuf adalah batu apungan (piniceous) dan scoria (scoriae).
2.      Pemerian batuan piroklastik
Pemerian batuan piroklastik dapat dilakukan dengan metode yang dipakai pada batuan sedimen, yaitu meliputi pembahasan butiran (ukuran, komposis, kebundaran), semen, pemilahan dan kemas.